Sabtu, 25 Februari 2012

Tungku Tanpa Api -SATU JAM MENULIS SERENTAK, MILAD FLP-


Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku..

Satu tahun sudah aku tidak bertemu denganmu. Tidak lama memang, tapi aku sungguh sedang mengharapkan kehadiranmu. Sudah lama ku mengenalmu, tapi sungguh aku jauh tidak mengenal diriku terhadapmu jika rasa ini muncul. Aku merindukan senyummu, aku merindukan segala tentangmu.

Tiga tahun yang lalu, saat sebuah keputusan tak terduga harus ku terima aku tau ini semua akan terjadi. Aku tau rasa seperti ini akan muncul dan mengganggu nyenyaknya tidurku, akan membuatku berharap dan terus berharap. Dia, lelaki yang bisa membuatku terlalu dini untuk mengambil keputusan. Aku putuskan menunggunya kembali dengan menyajikanku cinta seutuhnya.

“Suatu saat nanti, aku akan kembali dan akan terus berada di dekatmu. Percayalah denganku.” Ucapan tiga tahun lalu masih terekam jelas di benakku. Senyum dan tatapan matanya membuatku percaya, bahwa ia akan menepati janjinya. Fakhri, ia memutuskan untuk bekerja di pulau sebrang dan meninggalkanku saat aku sudah sangat mencintainya.

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku..

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta,

Lama ku jalani hubungan ini, kebahagiaan selalu muncul di sela rasa rinduku terhadapnya.

“Apa kau sudah yakin denganku, Ri?” tanyaku. Aku menggenggam handphoneku erat. Aku takut jawabannya tidak sesuai dengan yang ku harapkan. Di sebrang, Fakhri tidak menjawabku, “Fakhri?”

“Ya, hm, tadi tanya apa?” Fakhri bertanya kepadaku.

“Apa kamu sudah yakin denganku?” aku mengulanginya,

“Maksudmu?” Fakhri belum sepenuhnya mengerti. Aku tidak menjawab, aku memberinya kesempatan untuk mendalami lebih jauh pertanyaanku. Lama Fakhri terdiam, akupun begitu. Aku yakin Fakhri mengerti maksudku.

“Aku tau kau cerdas, pertanyaan singkat itu akan begitu mudah kamu jawab.” Aku memancingnya. Aku mengenal Fakhri, dia seorang yang memiliki komitmen yang kuat dalam menjalani berbagai hal, tidak terkecuali hubunganku dengannya, tapi aku hanya butuh sebuah keyakinan.

“Dari awal sudah ku katakan, aku yakin dengan semua keputusanku. Jangan terus kau mengulangi pertanyaan ini.” Jawabnya. Sejujurnya, jawaban ini tidak sesuai dengan harapanku. Walaupun begitu, aku tetap mempercayai Fakhri sudah yakin akan diriku.

Senin, 06 Februari 2012

Dalam Cengkram Konteraksi

Jangan membuatku semakin tidak menginginkanmu! Tolong hentikan cengkramanmu! Apa kau rela menjadi anak durhaka sebelum kau di lahirkan!
Ini bukan permulaan. Ini adalah awal. Awal yang belum bisa kuhadapi sepenuhnya. Genangan air mata penyesalan yang mengering masih menyisakan jejak hidup yang ku anggap keras, hingga aku tersungkur dalam penyesalan. Ini bukan mauku. Ini juga bukan mimpiku. Mimpiku masih bergerumul dengan angan tak bertepi yang justru kini memojokkanku dalam sebuah kuasa tak terkendali. Saat kendaliku goyah, aku justru menghancurkan ruas besar masa depanku.

Ayo Berbisnis